Kamis, 01 Mei 2008

my IdoL RaceR


Remaja asal Italia itu menggemparkan dunia dengan bakat besarnya. Valentino Rossi namanya. Bakat besar di tubuh anak muda kelahiran Urbino, Italia, 16 Februari 1979 itu sudah terpancar sejak masih berusia belia. Di usia sepuluh tahun, Rossi kecil menjuarai kejuaraan go-kart regional, mengalahkan lawan-lawannya yang berusia jauh di atasnya.

Di usia 14 tahun, membalap di kelas 125cc, Rossi telah mencatatkan diri sebagai juara nasional Italia. Tahun berikutnya, di tahun pertamanya bergabung dengan seri kejuaraan dunia 125cc, Rossi mampu menempatkan dirinya di urutan kesembilan. Hanya butuh setahun baginya untuk beradaptasi sebelum mendominasi dan meraih gelar juara dunia di kategori ini pada 1997, saat usianya masih 16 tahun.

Tahun berikutnya, 1998, Rossi naik kelas dan berlaga di kategori 250cc. Capaiannya di kelas menengah ini lebih menakjubkan lagi. Di tahun pertamanya itu ia langsung menjadi runner-up. Kendati demikian, tetap belum membuatnya puas. Setahun kemudian, gelar juara dunia 250 cc yang menjadi incarannya itu langsung diraih. Lagi-lagi, hanya butuh semusim baginya untuk belajar di kelas 250cc sebelum mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di dunia di musim berikutnya (1999).

Capaian serupa terjadi pula saat ia naik ke kelas utama di tahun 2000 --saat itu masih berlabel 500cc. Setelah meraih posisi kedua di tahun pertama, Rossi yang menggunakan motor Honda langsung menjadi juara dunia di tahun kedua. Prestasi ini pun mengejutkan publik dunia.

Setelah itu, selama tiga tahun berturut-turut Rossi mempertahankan gelarnya di kelas utama. Selama itu pula ia merasa nyaman di atas motor Honda. Perpaduan bakat Rossi dan mesin Honda terlalu dominan bagi lawan-lawannya. Satu-satunya pesaing besar bagi Rossi datang dari sesama pembalap Honda. Selain itu, tak ada mesin lain yang mampu meladeninya.

Memasuki musim 2004, Rossi mengambil langkah yang menggemparkan. Ia meninggalkan Honda setelah tiga tahun bersama-sama menikmati kejayaan di kelas utama. Rossi lebih memilih bergabung bersama Yamaha yang saat itu terbukti tak mampu menyaingi kekuatan Honda.

Dengan bergabung bersama Yamaha, yang disangsikan mampu menyaingi kehebatan Honda, Rossi terancam tak lagi bisa mempertahankan gelar juara. Ia tak lagi favorit tanpa didukung oleh keunggulan mesin Honda. Mesin Yamaha yang digunakannya bukanlah tandingan Honda.

Namun Rossi tak bergeming. Keputusannya telah bulat untuk meninggalkan jok empuk motor Honda. Ia bahkan mengikat kontrak untuk masa dua tahun di Yamaha. Tahun lalu, Rossi berhasil membuktikan pilihannya. Ia kembali membuat publik terkejut dengan membawa Yamaha menjadi juara dunia setelah menunggu selama 12 tahun. Ia sekaligus mencatatkan diri sebagai pembalap kedua sepanjang sejarah yang berhasil menjadi juara dunia dua musim berturut-turut dengan mesin yang bebeda, setelah pembalap AS Eddie Lawson pada 1988 dan 1989.

Adalah motivasi untuk mengatasi tantangan yang membuat Rossi selalu berjaya di setiap kelas dan tim yang digelutinya. The Doctor, begitu Rossi dijuluki, tak pernah berhenti mencari tantangan yang lebih besar yang ada di depannya. Tantangan itulah yang memompa adrenalinnya.

Rossi adalah sosok seorang yang dinamis yang tak pernah berhenti dan merasa puas dengan apa yang telah dicapainya. Selagi masih ada tantangan yang lebih besar, maka ia akan mengejarnya. Ini semua telah dibuktikannya sejak pertama mengawali karier balapnya, mulai dari kelas 125cc, 250cc, 500cc, hingga MotoGP.

Di kelas utama, kendati tiga tahun berturut-turut menjadi juara, ia belum merasa puas selama masih ada tantangan yang lebih besar. Tantangan itulah yang ditemukannya di tim Yamaha. Sekarang, memasuki musim 2005, Rossi telah membuktikan mampu mengatasi segala tantangan yang mungkin ditemukannya. Ia kesulitan menemukan motivasi yang mungkin membuat adrenalinnya kembali bergolak. Inilah yang memunculkan kekhawatiran atas penampilannya di 2005.

0 komentar: